Moslem World

Moslem World
The Symbol of Single Moslem Ummah

Wednesday, November 9, 2011

DUNIA REMAJA

 Apa Hubungan Kondom dan Prestasi Olahraga

 


SEA Games XXVI di Palembang dibuka 9 November. Perhelatan olahraga terbesar se-Asia Tenggara itu terus diwarnai berita miring. Selain persiapan arena yang amburadul, isu pembagian kondom gratis pada event itu turut meramaikan kontroversi.
Belum lama ini, DPRD Sumatera Selatan mendukung penolakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumatera Selatan terkait rencana pembagian kondom gratis selama SEA Games XXVI. DPRD Sumsel meminta rencana pembagian kondom gratis dibatalkan.
“Kami mendukung tuntutan mereka. Sebab pembagian kondom gratis secara tersirat mendukung adanya protitusi terselubung. Sebab berdasarkan peraturan daerah, pelacuran dilarang di Palembang,” kata Muhammad Gantada, Wakil Ketua DPRD Sumsel kepada detikcom, seusai bertemu dengan massa HTI Sumsel, di DPRD Sumsel, Jalan POM IX Palembang, Selasa (25/10/2011).
Penolakan atas rencana pembagian kondom juga didukung warga setempat. “Palembang bukan Bangkok. Palembang ini kota darussalam. Sampai saat ini pelacuran tetap dilarang, dan kita ini berusaha menghilangkan pelacuran. Lah kok, justru membagikan kondom gratis. Itu sama saja dengan menyuruh orang melacur,” kata Marina, warga Bukitkecil, Palembang.
Pernyataan senada dikatakan Umar, warga Lorok Pakjo Palembang, “Itu ide gila. Memangnya pelacuran sudah terbuka apa di Palembang. Jangan mentang-mentang event international, kita jadi berubah seperti negara asing. Kalau para tamu memang ingin melacur gelap, beli sendirianlah kondom itu. Kan banyak juga dijual di apotik,” katanya.


Salah Sasaran
Sejatinya, kondom sebagai sebuah benda adalah mubah belaka. Bisa dipakai untuk kepentingan positif atau negatif, tergantung manusianya. Jadi, boleh saja dimanfaatkan asal untuk kepentingan yang dibenarkan syara’. Semisal menunda kehamilan bagi istri yang belum lama melahirkan atau sekadar mengatur jarak kehamilan.
Menuduh kondom sebagai penyubur seks bebas, memang terkesan menyederhanakan masalah. Namun, tuduhan itu tak berlebihan mengingat pembagian kondom justru dilakukan di hotel-hotel dan tempat hiburan. Semua tahu, seperti apa “image” hotel dan tempat hiburan malam. Sarat dengan gelegak syahwat dan berujung maksiat. Transaksi narkoba dan seks -sebagai pintu utama penularan HIV/Aids– lazim terjadi di sana.
Maka, kecurigaan umat Islam dan bahkan  masyarakat pada umumnya, bahwa kondom akan disalahgunakan untuk melakukan perzinahan cukup berdasar. Logikanya, orang yang tadinya tidak berniat berzinah karena enggan beli kondom (harga murah, tapi kadang malas ke apotek atau malu), akhirnya melakukannya karena sudah disediakan cuma-cuma. Kemudahan dan kemurahan mengakses kondom inilah yang disinyalir membuka pintu lebar-lebar untuk melakukan seks bebas.
Berbeda persoalannya jika kondom sebagai alat kontrasepsi diberikan cuma-cuma kepada pasangan suami-istri sah, tentu kecurigaan itu tak perlu ada. Semisal, dibagikan gratis kepada suami-istri miskin -dimana kondom tak ada dalam daftar belanja mereka–, sekadar untuk mengedukasi agar mereka mengatur jarak kelahiran.

Sex Before Match
Persaingan di arena olahraga sangat ketat. Bagi atlet dan manajemennya, prestasi adalah segalanya. Tanpa itu, nama baik luntur dan rupiahpun kabur. Nah, banyak cara dilakukan untuk menggenjot semangat bertanding agar berprestasi. Obat-obatan alias doping, tentu tidak mungkin, karena jika ketahuan risikonya berat. Bisa dikenai sanksi hingga dilarang bertanding selamanya. Akhirnya dipilihlah seks.
Ya, sudah menjadi rahasia umum, seks tidak bisa dilepaskan dari event olahraga karena bisa dianggap sebagai pemompa semangat. Salah satu pembangkit seks paling utama adalah aurat perempuan. Tak heran bila dalam setiap event olahraga selalu dipajang perempuan-perempuan cantik dan seksi. Tanpa menuduh bahwa mereka siap untuk melayani seks para atlet, namun keberadaan mereka -dengan pakaian minim– memang diharapkan menambah semangat bertanding. Ada umbrella girl yang selalu siap memayungi para pembalap dari terik panas, ada chaddy golf yang setia menemani para golfer, dan sejenisnya.
Tak ayal, di kalangan olahragawan dikenal istilah sex before match alias berhubungan seks sebelum bertanding. Sebagaimana diketahui, seks mampu meningkatkan kinerja hormon-hormon tertentu yang cenderung menyehatkan dan menambah gairah.
Tak masalah jika para atlet menyalurkan syahwatnya dengan pasangan sah. Bahkan, dalam pandangan Islam, itu bernilai ibadah. Menjalin hubungan suami-istri sah, dengan cara-cara syar’i bukanlah sesuatu yang keji, melainkan terpuji. Tapi, jika seks dilakukan bukan dengan pasangan sah, inilah masalahnya. Karena itu, sekali lagi, kecurigaan bahwa pembagian kondom gratis hanya akan memuluskan aksi perzinahan sangat beralasan.
Terlebih lagi, SEA Games didatangi tamu-tamu asing dari berbagai negara yang sebagian mendewakan seks. Berbeda dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Membagikan kondom gratis sama saja dengan mendukung budaya bejat mereka. Seolah mempersilakan mereka untuk menikmati seks bebas, termasuk perempuan-perempuan penjaja cinta (atau jangan-jangan disediakan juga dengan dalih menghirmati tamu?).
Karena itu, jelaslah, tidak ada kemaslahatannya membagikan kondom gratis di ajang SEA Games, atau event-event sejenis.

Hapus Perzinahan
Pembagian komdom gratis pada ajang SEA Games, dimaksudkan untuk mencegah penularan HIV/Aids, mengingat banyak tamu asing yang dikhawatirkan membawa virus mematikan itu. Namun, pembagian kondom tetap tidak akan efektif jika perzinahan dan pelacuran itu sendiri masih ada. Mengapa?
Fakta membuktikan, kaum laki-laki merasa tidak nyaman memakai barang itu saat berhubungan badan. Di sisi lain, para pezinah perempuan (bagi gratis maupun komersil) tak punya bargaining position untuk menolak pelanggannya yang tidak mau mengenakan kondom. Karena mengincar uang pelanggan, akhirnya pelacur tetap melayani tamunya, meski dengan risiko tertular HIV/Aids.
Karena itu, penularan HIV/Aids tidak mampu direm hanya dengan kondom, kecuali dengan memberangus pelacuran dan perzinahan itu sendiri. Pemerintah daerah setempat sejatinya sudah melarang pelacuran, meski realitasnya masih eksis. Karena itu, jika ingin mencegah penularan HIV/Aids, tutup saja semua jenis pelacuran yang ada.
Itu pulalah mengapa Islam mengharamkan perzinahan, karena dipandang dari sudut manapun buahnya hanya kemudharatan. “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek” (TQS Al-Isra 32). Wallahu’alam bishowab.[]

No comments:

Post a Comment